Yayasan Pendidikan & Sosial Al-Luthfah
Search for:
Sekilas Tentang Al-Luthfah

Yayasan Pendidikan & Sosial Al-Luthfah digagas oleh KH. AHmad Muhiban diatas tanah seluas 13.000 m2 sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap pendidikan dan sosial yang berlangsung di lingkungan masyarakat Desa Karanganyar, yang pada waktu itu ( Tahun 1990 an ) belum ada lembaga pendidikan yang memiliki legalitas dan menyelenggarakan pendidikan formal jenjang MTs/SMP dan MA/SMA.

Struktur Pengelola

Dikelola oleh orang orang yang berpengalaman di bidangnya.

Galeri Kegiatan

Kegiatan harian santri/siswa dan kegiatan kegiatan rutinan

Toko Online

Yu..! Membeli produk dari yayaan kami. Secara tidak langsung anda telah berinfak di Yayasan kami.

Dawuh

Kutipan Kalam Ulama

"Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu' (Imam Syafi'i)

Fasilitas

YPS Al-Luthfah dilengkapi berbagai fasilitas yang memadai, seperti Ruang kelas belajar, Asrama santriyin dan santriyat, MCK, lapangan yang luas dan beberapa bidang usaha untuk kemandirian yayasan.

Legalitas

YPS Al-Luthfah sudah terverifikasi oleh KEMENKUMHAM dengan No AHU-0027635.AH.01.04.Tahun 2015 dan sudah memiliki Sertfikat Pondok Pesantren dengan No Statistik 5.1.0.3.32.17.0015

Mengapa Harus Al-Luthfah

Karena banyak yang akan di dapat d YPS Al-Luthfah, tidak hanya ilmu pengetahuan sekolah dan pesantren, tapi semua santri akan di ajarkan kemandirian di dalam berbagai bidang kehidupan.

Sistem Pendidikan

YPS Al-Luthfah menggunakan sistem pendidikan yang sejalan dengan perkembangan zaman dan mengacu pada kurikulum Miftahul Huda Al-Musri'1 Ciranjang Cianjur.

Asas yang Dianut

YPS Al-Luthfah berasaskan Ahlussunnah Wal Jamaah dengan wadah Nahdlatul Ulama (NU)

Disiplin Penggunaan Lemari

Di Pondok Pesantren Al-Luthfah, setiap santri diberikan hak menggunakan satu lemari pribadi untuk menyimpan pakaian, alat tulis, buku pelajaran, dan perlengkapan harian lainnya. Lemari tersebut bukan sekadar tempat menyimpan barang, tetapi juga menjadi cerminan kedisiplinan dan kerapian santri. Lemari yang digunakan juga tidak terlalu besar agar tidak menghabiskan ruangan hujroh, oleh karena itu kami memberikan patokan ukuran lemari dengan tinggi kurang lebih 120cm dan lebar 50-60cm.

Setiap pagi setelah subuh, para santri dibiasakan untuk merapikan tempat tidur dan memastikan isi lemari tertata rapi. Barang-barang harus disusun sesuai kategori: baju harian dilipat rapi di rak tengah, perlengkapan mandi di kotak kecil, dan buku-buku ditaruh di bagian atas lemari. Aturan ini kami sampaikan sejak awal santri masuk dan dijadikan bagian dari tata tertib pesantren.

Awalnya, tidak semua santri langsung terbiasa. Beberapa masih suka menumpuk pakaian secara sembarangan atau menyimpan makanan di dalam lemari. Namun seiring waktu, dengan bimbingan ustadz dan ustadzah, serta adanya inspeksi rutin setiap pekan, para santri mulai memahami pentingnya keteraturan. Mereka menyadari bahwa lemari yang rapi memudahkan mencari barang dan menjaga barang tetap bersih dan awet.

Dari kebiasaan kecil ini, para santri belajar bahwa kedisiplinan bukan hanya soal peraturan, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan. Lemari yang tertata mencerminkan santri yang teratur dan siap menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Di Pondok Pesantren Al-Luthfah, kedisiplinan penggunaan lemari menjadi bagian dari pembentukan karakter yang kuat dan mulia.

Adapun untuk pembelian lemari bisa membeli dari pesantren ataupun membeli dari luar pesantren. Dalam hal ini kami memberi kebebasan kepada orang tua/wali santri dalam membawa/membeli lemari.

Namun, jika membeli dari pesantren, bukan hanya akan mendapatkan lemari tetapi juga akan menjadi amal jariyah, karena uang dari hasil penjualan lemari akan dialokasikan untuk pengembangan pesantren dan berbagai kebutuhan pesantren.

Jika bapak/ibu ingin memesan lemari dari pesantren bisa langsung klik tombol di bawah.

Untuk harga satu lemari kami bandrol dengan harga Rp. 400.000,-

Khidmat Santri pada Pembangunan Asrama: Membangun Kehidupan Berkomunitas yang Berkualitas
Foto by Al-Luthfah Media

Khidmat Santri

Pembangunan asrama merupakan salah satu proyek penting dalam konteks pendidikan, terutama di lingkungan pesantren. Asrama bukan hanya sekadar tempat tinggal bagi para santri, tetapi juga merupakan ruang bagi pembentukan karakter, pembelajaran, dan kegiatan berkomunitas.

Dalam konteks ini, peran serta santri dalam proses pembangunan asrama menjadi sangat vital. Artikel ini akan mengulas secara lengkap tentang khidmat santri pada pembangunan asrama serta dampaknya dalam membentuk kehidupan berkomunitas yang berkualitas.

Foto by Al-Luthfah Media

Dipertengahan Tahun 2023, Pondok Pesantren Al-Luthfah menambah fasilitas Asrama karena semakin meningkatnya jumlah santri di setiap tahunnya. Pembangunan Asrama Baru dikerjakan oleh 6 pekerja tetap Al-Luthfah yaitu Mang Jidin, Mang Ajat, Mang Candra, Mang Ojak, Mang Ohan dan Mang Erwin.

Para Santri juga ikut serta dalam pembangunan Asrama Baru bahkan Santri yang baru masuk pun ikut serta dalam ber-khidmat.

1. Peran Santri dalam Pembangunan Fisik Asrama

Foto by Al-Luthfah Media

Santri memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan fisik asrama. Mereka seringkali menjadi tenaga kerja utama yang terlibat dalam berbagai tahapan pembangunan, mulai dari pengumpulan material, konstruksi, hingga penyelesaian akhir.

Melalui keterlibatan langsung dalam proses ini, santri belajar tentang kerja keras, kerjasama tim, dan tanggung jawab.

2. Pembentukan Karakter dan Kemandirian

Foto by Al-Luthfah Media

Keterlibatan dalam pembangunan asrama juga merupakan bagian dari pembentukan karakter dan kemandirian bagi santri. Mereka belajar untuk mengatasi tantangan dan kesulitan teknis yang muncul selama proses pembangunan.

Ini membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan diri mereka dalam menghadapi berbagai situasi di masa depan.

3. Penguatan Rasa Kepemilikan dan Tanggung Jawab

Foto by Al-Luthfah Media

Dengan terlibat langsung dalam pembangunan asrama, santri merasa memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan fasilitas tersebut. Mereka menyadari bahwa asrama adalah bagian dari rumah mereka sendiri.

Hal ini mendorong rasa tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan kebersihan asrama, karena mereka memahami pentingnya menjaga asrama agar tetap nyaman bagi seluruh penghuninya.

4. Membangun Solidaritas dan Hubungan Sosial

Foto by Al-Luthfah Media

Pembangunan asrama juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antarsantri. Melalui kerja sama dalam proyek ini, terjalinlah solidaritas dan persahabatan yang kuat di antara mereka.

Mereka belajar untuk saling membantu, menghargai perbedaan, dan bekerja sama sebagai satu kesatuan menuju tujuan yang sama.

5. Pembelajaran Keterampilan Praktis

Foto by Al-Luthfah Media

Terlibat dalam pembangunan asrama juga memberikan kesempatan bagi santri untuk mempelajari keterampilan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun di masa depan. Mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang konstruksi, perawatan fasilitas, dan manajemen sumber daya yang sangat berharga.

Kesimpulan

Khidmat santri pada pembangunan asrama bukan hanya sekadar keterlibatan fisik dalam proyek konstruksi, tetapi juga merupakan bagian integral dari pembentukan karakter, kemandirian, dan kehidupan berkomunitas yang berkualitas.

Melalui proses ini, santri belajar untuk menjadi individu yang tangguh, bertanggung jawab, dan berkontribusi secara positif bagi masyarakat. Oleh karena itu, peran serta mereka dalam pembangunan asrama perlu diapresiasi dan didukung secara maksimal.

Foto by Al-Luthfah Media
Isra Mi’raj: Perjalanan Malam dan Kenaikan Nabi Muhammad SAW

Isra Mi’raj, juga dikenal sebagai Al-Isra wal Mi’raj atau Perjalanan Malam dan Kenaikan, memiliki makna mendalam dalam tradisi Islam. Peristiwa ajaib ini, yang dijelaskan dalam Al-Quran dan literatur Hadis, menandai perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad (sholallahu ‘alaihi wa sallam) dari Makkah ke Yerusalem dan kemudian melalui tujuh langit, berakhir dengan pertemuan-Nya dengan Allah. Isra Mi’raj dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai bukti dari status mulia Nabi dan validasi ilahi terhadap pesan-Nya.

Perjalanan Malam (Isra)

Isra, yang berarti ‘perjalanan malam,’ mengacu pada perjalanan ajaib yang dilakukan oleh Nabi Muhammad (SAW) dari Masjid al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Perjalanan ini terjadi dalam satu malam, ditemani oleh malaikat Jibril (Gabriel), mengendarai makhluk surgawi yang dikenal sebagai Buraq.

Signifikansi dari perjalanan ini terletak pada dimensi spiritual dan simbolisnya. Ini berfungsi sebagai demonstrasi dari hubungan Nabi yang dalam dengan Allah dan perannya sebagai pembawa pesan Islam. Selain itu, itu menekankan kesucian Yerusalem dalam kepercayaan Islam, karena merupakan kiblat pertama bagi umat Islam sebelum diubah menjadi Ka’bah di Makkah.

Kenaikan (Mi’raj)

Setelah Perjalanan Malam, Mi’raj, yang berarti ‘kenaikan,’ terjadi. Fase ini melibatkan kenaikan Nabi Muhammad melalui tujuh langit, ditemani oleh Jibril. Setiap surga mewakili lapisan eksistensi dan signifikansi spiritual yang berbeda. Selama perjalanan surgawi ini, Nabi bertemu dengan berbagai nabi dan makhluk surgawi, berakhir dengan kedekatannya dengan Allah.

Mi’raj adalah contoh elevasi spiritual yang dapat dicapai melalui iman dan pengabdian yang teguh. Ini melambangkan transcendensi Nabi dari batasan duniawi dan kedekatannya dengan Yang Ilahi. Selain itu, Mi’raj menekankan keterhubungan antara dunia material dan spiritual, menekankan pentingnya perjalanan batin menuju kesadaran Allah (taqwa).

Pelajaran Spiritual dan Moral

Isra Mi’raj memiliki beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:

  1. Ketentuan Ilahi: Perjalanan Malam dan Kenaikan menunjukkan kekuatan dan otoritas Allah atas alam semesta. Ini mengkonfirmasi konsep tawhid (kesatuan Allah) dan kepercayaan pada intervensi ilahi.
  2. Ketabahan dan Iman: Perjalanan Nabi Muhammad (SAW) menekankan pentingnya ketabahan dan keteguhan dalam menghadapi cobaan. Ini menjadi pengingat bahwa melalui iman, para penganut dapat mengatasi segala rintangan.
  3. Kenaikan Jiwa: Mi’raj melambangkan potensi kenaikan spiritual dan pencerahan. Ini mendorong umat untuk berusaha untuk pertumbuhan spiritual dan kedekatan dengan Allah melalui doa, refleksi, dan amal shaleh.
  4. Harmoni Antar Agama: Isra Mi’raj menyoroti pentingnya Yerusalem dalam tradisi Islam, membina rasa persatuan dan penghargaan terhadap tempat-tempat suci agama lain. Ini mempromosikan dialog lintas agama dan pemahaman.

Peringatan dan Perayaan

Umat Islam memperingati Isra Mi’raj setiap tahun pada tanggal 27 bulan Rajab dalam kalender Islam. Malam itu ditandai dengan doa khusus, membaca ayat-ayat Al-Quran, dan refleksi tentang signifikansi peristiwa tersebut. Ini adalah waktu untuk introspeksi spiritual dan penyegaran iman.

Sebagai kesimpulan, Isra Mi’raj menjadi bukti dari sifat ajaib misi Nabi Muhammad (SAW) dan hubungan yang mendalam antara alam duniawi dan surgawi. Ini menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia, mengingatkan mereka akan pentingnya iman, ketabahan, dan pertumbuhan spiritual dalam jalan menuju kebenaran.

YPS AL-LUTHFAH, KP. SINDANGSARI RT.003 RW.003 DS. KARANGANYAR. KEC. CILILIN KAB. BANDUNG BARAT PRO. JAWA BARAT KODE POS. 40562